Jumat, 31 Agustus 2012

Arkeolog Temukan Saluran Air Kuno di Kediri


Selama sepekan ini beberapa arkeolog dari balai pelestarian peninggalan purbakala (BP3) Trowulan, Mojokerto, melakukan ekskavasi situs di Desa Pagu, Kecamatan Wates, Kediri, Jawa Timur.

Penggalian yang dilakukan oleh tim yang terdiri dari 13 orang itu menemukan struktur bangunan yang mirip saluran air peninggalan zaman kerajaan.

Struktur yang terbangun dari susunan batu bata merah tersebut mempunyai tinggi 150 cm dan terkubur dalam tanah sedalam 3 hingga 4 meter.

Petugas melakukan penggalian sporadis hingga sebanyak 9 titik dengan radius 1 kilometer untuk mendapatkan alur saluran air tersebut.

"Fungsi utamanya belum jelas karena kita belum dapat gambaran detailnya. Namun, kita asumsikan struktur ini merupakan saluran air karena mempunyai kemiripan dengan saluran air yang ditemukan di Magetan, Ponorogo, maupun Pasuruan," kata Danang Wahyu Utomo, salah seorang arkeolog, saat ditemui di lokasi penggalian situs, Minggu (9/9/2012).

Saluran air tersebut terhubung dari sumber mata air di desa tersebut, yang terdapat pohon beringin besar. Namun sayang, para arkeolog masih belum terpuaskan karena belum menemukan muara salurannya.

Penelusuran hingga 1 kilometer itu hanya menemukan struktur saluran air. "Asumsi saya pasti ada kolamnya. Tapi di mana, ini yang masih terus kita cari," imbuh Danang.

Selain itu juga belum diketahui pasti dari zaman kerajaan apakah saluran itu dibangun. Selama penggalian, petugas tidak menemukan adanya penemuan benda yang spesifik dan simbolis yang dapat menguatkan ciri-ciri sebuah benda dibuat pada masa tertentu, seperti gerabah ataupun keramik.

Petugas hanya menemukan struktur batu atau pendapa, dan korelasinya dengan saluran air itu juga belum diungkap. Penelitian terhadap batu bata sebagai material yang digunakan dalam struktur bangunan juga memerlukan proses uji laboratorium sehingga memakan waktu cukup panjang.

Batu bata tersebut terdiri dari dua ukuran. Ukuran pertama dengan panjang 42 cm, tinggi 8 cm, dan lebar 20 cm. Ukuran kedua dengan panjang 38 cm, tinggi 7 cm, dan lebar 20 cm.

Penggalian perdana yang dilakukan di areal pekarangan warga dan aliran sungai tersebut difokuskan pada pembersihan dan pemetaan situs.

Ke depannya, ekskavasi lanjutan akan dilakukan untuk mendapatkan gambaran menyeluruh tentang bentuk maupun fungsi bangunan tersebut.

Sumber: kompas.com


Kamis, 30 Agustus 2012

Kutang Modis Ada sejak 600 Tahun Lalu




Penemuan baru mengubah pemahaman tentang sejarah pakaian dalam. Arkeolog dari University of Insbruck menemukan sisa-sisa kutang dari masa 600 tahun lalu, menunjukkan bahwa jenis pakaian dalam tersebut eksis lebih awal dari dugaan.
Kutang tersebut ditemukan di sebuah kastil di Austria, merupakan peninggalan dari abad pertengahan. Kutang terbuat dari bahan linen.
Sebenarnya, kutang sudah ditemukan pada tahun 2008. Namun, informasi baru menyebar ke publik setelah penemunya, Beatrix Nutz, mengungkap temuannya kepada BBC History Magazine.
Ilmuwan dan pakar fashion terkejut dengan penemuan ini. Sebelumnya, dipercaya bahwa pakaian dalam yang berkembang lebih dulu adalah korset.
Kutang baru berkembang sekitar 100 tahun lalu ketika perempuan mulai mengabaikan korset yang ketat.
Dengan temuan ini, maka diketahui bahwa kutang juga berkembang sejak lama.
"Kami tak memercayai penemuan ini sendiri. Dari yang kami tahu, tak ada pabrik garmen memproduksi kutang pada abad ke-15," kata Beatrix Mutz dari University of Insbruck, penemu kutang tersebut, seperti dikutip AP, Kamis (9/7/2012).
Riset menunjukkan, kutang yang ditemukan tak cuma fungsional. Hiasan serupa dengan kutang modern seperti renda dan ornamen lainnya juga didapatkan.
Selain itu, kutang ini juga dilengkapi cup. Tali kutang, meskipun sudah hancur, tanda keberadaannya dapat dikenali.
Hillary Davidson, kurator fashion dari Museum London, mengatakan bahwa kutang ini adalah missing link dalam perkembangan pakaian dalam perempuan.
Kutang sendiri dipercaya baru berkembang pada awal abad ke-19 dan dibuat kali pertama oleh Mary Phelps Jacob, sosialite asal New York, yang tak puas dengan korset.

Selain kutang, di Lemberg Castle di Tyrol, peneliti juga menemukan sepasang panties. Namun menurut Nutz, panties tersebut diduga merupakan pakaian laki-laki.
Celana dalam diduga merupakan simbol dominasi dan kekuasaan laki-laki pada masa itu.
Sumber :
AP, kompas.com




Rabu, 29 Agustus 2012

Fosil Manusia Modern Tertua di Asia Ditemukan




Fosil tengkorak manusia modern ditemukan di gua Tam Pa Ling, gua di kawasan karst Gunung Pa Hang di Laos yang juga sering disebut Gua Monyet.
Para ilmuwan menemukan fosil itu pada tahun 2009. Fosil yang ditemukan merupakan fosil manusia modern tertua di Asia.
Penanggalan pada sedimen dimana fosil itu ditemukan menunjukkan, bahwa umur fosil antara 46.000 - 51.000 tahun. Sementara, penanggalan langsung pada fosil menunjukkan, bahwa fosil berusia 63.000 tahun.
Penemuan fosil ini membantu ilmuwan memahami migrasi manusia di Asia. Berdasarkan bukti arkeologis, manusia mulai bergerak dari afrika ke Asia Tenggara pada 60.000 tahun yang lalu.
Namun, selama ini belum ada penemuan fosil di Asia. Temuan ini mengisi gap yang ada.
Laura Lynn Shackelford, peneliti palaeoanthropologi dari University of Illinois yang menemukan fosil ini menyatakan, penemuan ini mengubah pemahaman tentang migrasi manusia di Asia. Rute migrasi lebih banyak dari perkiraan.
"Pemahaman saat ini menyatakan, sekali manusia modern bergerak dari pantai India ke Asia Tenggara, mereka pergi ke selatan ke Indonesia dan Australasia (area melingkupi Australia, Selandia baru dan kepulauan Pasifik," kata Shackelford seperti dikutip Livescience, Senin (20/8/2012).
"Kami berpikir bahwa itu memang terjadi. Tapi kami juga berpikir bahwa ada populasi lain yang bermigrasi ke utara atau timur laut Cina dan beberapa ke pegunungan di daratan utama Asia Tenggara, memanfaatkan sungai. Sebelumnya, tak ada yang tahu mereka akan ke pegunungan Laos, Vietnam dan Thailand," lanjutnya.
Ke depan, peneliti berencana mengekstrak DNA pada fosil yang menyelidiki hubungan antara manusia yang kini memfosil itu dan manusia yang pernah atau masih hidup saat ini. hasil penelitian ini dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences.
Sumber :
LIVESCIENCE, kompas.com






Selasa, 28 Agustus 2012

Raja Richard III Mungkin Dikubur di Bawah Lahan Parkir


Nama Raja Richard III dari Inggris dihormati dan diabadikan dalam karya William Shakespeare setelah kematiannya dalam peperangan tahun 1485. Kini para arkeolog modern berusaha mencari kuburan raja abad pertengahan itu.

Tim gabungan dari Universitas Leicester, Dewan Kota Leicester, dan Yayasan Richard III mencari makam Richard III yang diduga berada di suatu titik di bawah lahan parkir dewan kota. Tim akan menggunakan radar bawah tanah untuk mencari titik penggalian yang tepat.

"Pekerjaan arkeologi ini memberi kesempatan untuk mempelajari kondisi Leicester di abad pertengahan serta tempat peristirahatan terakhir Richard III. Bila ditemukan, kami akan memakamkannya kembali secara terhormat di Katedral Leicester," kata Philippa Langley, anggota Yayasan Richard III.

Richard III menjadi Raja Inggris tahun 1483-1485. Dia meninggal dalam Pertempuran Bosworth Field selama Perang Mawar (War of the Roses), suatu perang saudara antara House of Lancaster dan House of York. Richard III adalah raja Inggris terakhir yang tewas dalam pertempuran. Shakespeare menulis lakon "Richard III," sebuah drama tentang kehidupan tragis sang raja, sekitar 100 tahun kemudian.

Terlepas dari ketenaran dalam drama Shakespeare, Raja Richard III berbicara tentang hak dirinya. "Richard III adalah tokoh karismatik yang sangat menarik, sebagian karena ia telah begitu banyak difitnah di abad yang lalu, dan sebagian lagi karena ia menempati tempat penting dalam sejarah Inggris," kata Langley.

"Ketertarikan yang terus tumbuh terhadap Richard membuat banyak dongeng berkembang di sekitar makamnya," ujar Langley, termasuk adanya cerita yang menyebutkan tulang Richard dibuang ke Sungai Soar. "Cerita lain yang juga diragukan kebenarannya adalah klaim bahwa peti matinya digunakan sebagai palung kuda."

Setelah kematiannya, raja dilucuti dan dibawa ke Leicester, di mana ia dimakamkan di gereja Biara Fransiskan, yang dikenal sebagai Greyfriars. Lokasi Greyfriars akhirnya hilang dari sejarah.

"Teka-teki besar bagi kita adalah menentukan keberadaan gereja itu dan di bagian mana tubuh itu dikuburkan," kata arkeolog Universitas Leicester, Richard Buckley. "Meskipun bisa jadi menemukan sisa-sisa tubuh raja perlu waktu lama, itu menjadi tantangan yang kita hadapi dengan antusias."

Pencarian dimulai pada 25 Agustus. Jika sisa-sisa Richard III ditemukan, akan dilakukan analisis DNA di Universitas Leicester.
























































































































































































































































































































































































































































Sumber :
LiveScience, kompas.com


Senin, 27 Agustus 2012

Turki Tempat Kelahiran Ratusan Bahasa



Studi terbaru yang dipublikasikan di jurnal Science pada Kamis (23/8/2012) mengungkap bahwa Turki ternyata merupakan tempat kelahiran ratusan bahasa yang tergabung dalam rumpun bahasa Indo-Eropa.

Quentin Atkinson, pakar psikologi evolusi dari University of Auckland, dan rekannya melakukan studi dengan cara menganalisis kosakata dan geografis dari 103 bahasa dalam rumpun Indo-Eropa dengan pemodelan komputer.

Pendekatan yang dipakai dalam riset mirip dengan studi pandemi yang disebabkan virus. Sampel virus dari beragam tempat dikoleksi, DNA dianalisis dan dipetakan hingga bisa diketahui mutasi genetik yang ada.

"Begitu mendapatkan silsilah keluarga, mereka bisa melacak ke belakang cabang pohon silsilah itu sampai ke asal-muasalnya. Apa yang kami lakukan adalah pendekatan yang sama yang diaplikasikan pada bahasa," kata Atkonson seperti dikutip AP kemarin.

Atkinson mulai menganalisis cognates, kata yang secara jelas memiliki asal-usul yang sama. Salah satu kata yang dianalisis ialah "mother" atau "ibu" dalam bahasa Indonesia. Kata yang mirip ialah "mutter" (Jerman), "mat" (Rusia), dan "madar" (Persia).

Analisis komputer memampukan ilmuwan mengetahui bagaimana moyang bahasa menyebar serta berevolusi menjadi bahasa yang berbeda dan memisah. Dapat diketahui pula wilayah tempat bahasa berasal dan memisah serta waktu pemisahan.

Hasil analisis seperti diberitakan New York Times menunjukkan bahwa bahasa Indo-Eropa berasal dari bahasa proto-Indo-Eropa yang lahir di Anatolia, wilayah yang kini berada di selatan Turki.

Selama ini, ada dua teori yang menjelaskan perkembangan bahasa Indo-Eropa. Teori pertama mengungkapkan, bahasa itu dibawa oleh kaum nomaden berdua pada zaman perunggu yang melewati Ukraina sekitar 5.000-6.000 tahun lalu. Teori kedua menyatakan, bahasa itu lahir dari kebudayaan pertanian di Turki 8.000-9.500 tahun lalu.

Penemuan baru ini mendukung ilmuwan yang berpandangan bahwa bahasa Indo-Eropa berakar di Turki. Beberapa kalangan juga menganggap bahwa penemuan ini mengakhiri perdebatan pendukung dua teori yang ada.

Namun, tak semuanya puas.

Victor Mair, pakar bahasa China dari University of Pennsylvania, mengatakan, "Ada banyak hasil penelitian di makalah ini yang tidak berdasar."

Menurut Mair, analisis Atkinson hanya didasarkan pada lompatan logika bagaimana bahasa berubah dan berdifusi. Sementara pandangan lain yang mengatakan bahwa bahasa Indo-Eropa menyebar lewat kaum nomaden memiliki bukti arkeologis.





















































































































































































































































































































Sumber :
AP / New York Times, kompas.com






Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...