Moyang manusia yang sering disebut manusia goa, yakni Neanderthals (Homo neanderthalensis), terbukti telah mengonsumsi daun-daunan dengan memanggangnya dan mungkin memanfaatkannya sebagai obat-obatan.
Hal tersebut terungkap dari hasil penelitian Karen Hardy, antropolog dari Autonomous University of Barcelona di Spanyol yang dipublikasikan di jurnal Naturwissenschaften (The Science of Nature).
Hardy meneliti lima fosil Neanderthals yang ditemukan di Goa El Sidron di wilayah utara Spanyol. Ia melakukan observasi pada plak gigi fosil yang sudah berusia 50.000 tahun itu untuk mengungkap diet makanan Neanderthals.
Pada plak gigi ditemukan jejak nutrisi yang dimakan Neanderthals, di antaranya berupa kacang, rerumputan, sayur-sayuran, jejak kimia asap kayu serta amilum sebagai bukti bahwa moyang manusia itu sudah mengonsumsi karbohidrat.
Analisis pada salah satu spesimen mengungkap adanya jejak yarrow dan chamomile. Herba itu tak memiliki nilai nutrisi dan memiliki rasa pahit. Ilmuwan berpendapat bahwa dua herba itu dikonsumsi bukan sebagai makanan, melainkan obat-obatan.
Michael Chazan dari University of Toronto seperti mengatakan bahwa makanan yang terasa pahit bisa saja masuk sebagai produk samping memasak. Sementara itu, Richard Wrangham dari Harvard University mengatakan, bisa saja yarrow dan chamomile dipakai sebagai bumbu.
Namun, Hardy tidak setuju dengan hal tersebut. Belum ada bukti bahwa Neanderthals mempunyai panci untuk memasak. Selain itu, analisis secara genetik juga mengungkap bahwa Neanderthals bisa merasakan pahit.
Hardy yakin bahwa Neanderthals menggunakan dedaunan yang terasa pahit sebagai bahan obat, seperti halnya para herbalis modern yang memakainya sebagai obat antiseptik dan antibengkak.
"Semua primata tingkat tinggi menggunakan tanaman obat, jadi mungkin Neanderthals melakukannya juga," kata Hardy seperti dikutip Nature, Rabu (18/7/2012).
Hal tersebut terungkap dari hasil penelitian Karen Hardy, antropolog dari Autonomous University of Barcelona di Spanyol yang dipublikasikan di jurnal Naturwissenschaften (The Science of Nature).
Hardy meneliti lima fosil Neanderthals yang ditemukan di Goa El Sidron di wilayah utara Spanyol. Ia melakukan observasi pada plak gigi fosil yang sudah berusia 50.000 tahun itu untuk mengungkap diet makanan Neanderthals.
Pada plak gigi ditemukan jejak nutrisi yang dimakan Neanderthals, di antaranya berupa kacang, rerumputan, sayur-sayuran, jejak kimia asap kayu serta amilum sebagai bukti bahwa moyang manusia itu sudah mengonsumsi karbohidrat.
Analisis pada salah satu spesimen mengungkap adanya jejak yarrow dan chamomile. Herba itu tak memiliki nilai nutrisi dan memiliki rasa pahit. Ilmuwan berpendapat bahwa dua herba itu dikonsumsi bukan sebagai makanan, melainkan obat-obatan.
Michael Chazan dari University of Toronto seperti mengatakan bahwa makanan yang terasa pahit bisa saja masuk sebagai produk samping memasak. Sementara itu, Richard Wrangham dari Harvard University mengatakan, bisa saja yarrow dan chamomile dipakai sebagai bumbu.
Namun, Hardy tidak setuju dengan hal tersebut. Belum ada bukti bahwa Neanderthals mempunyai panci untuk memasak. Selain itu, analisis secara genetik juga mengungkap bahwa Neanderthals bisa merasakan pahit.
Hardy yakin bahwa Neanderthals menggunakan dedaunan yang terasa pahit sebagai bahan obat, seperti halnya para herbalis modern yang memakainya sebagai obat antiseptik dan antibengkak.
"Semua primata tingkat tinggi menggunakan tanaman obat, jadi mungkin Neanderthals melakukannya juga," kata Hardy seperti dikutip Nature, Rabu (18/7/2012).
luar biasa nenek moyang manusia... :D
BalasHapusjgn lupa kunjungan balik yaa