Selama sepekan ini beberapa arkeolog dari balai pelestarian peninggalan purbakala (BP3) Trowulan, Mojokerto, melakukan ekskavasi situs di Desa Pagu, Kecamatan Wates, Kediri, Jawa Timur.
Penggalian yang dilakukan oleh tim yang terdiri dari 13 orang itu menemukan struktur bangunan yang mirip saluran air peninggalan zaman kerajaan.
Struktur yang terbangun dari susunan batu bata merah tersebut mempunyai tinggi 150 cm dan terkubur dalam tanah sedalam 3 hingga 4 meter.
Petugas melakukan penggalian sporadis hingga sebanyak 9 titik dengan radius 1 kilometer untuk mendapatkan alur saluran air tersebut.
"Fungsi utamanya belum jelas karena kita belum dapat gambaran detailnya. Namun, kita asumsikan struktur ini merupakan saluran air karena mempunyai kemiripan dengan saluran air yang ditemukan di Magetan, Ponorogo, maupun Pasuruan," kata Danang Wahyu Utomo, salah seorang arkeolog, saat ditemui di lokasi penggalian situs, Minggu (9/9/2012).
Saluran air tersebut terhubung dari sumber mata air di desa tersebut, yang terdapat pohon beringin besar. Namun sayang, para arkeolog masih belum terpuaskan karena belum menemukan muara salurannya.
Penelusuran hingga 1 kilometer itu hanya menemukan struktur saluran air. "Asumsi saya pasti ada kolamnya. Tapi di mana, ini yang masih terus kita cari," imbuh Danang.
Selain itu juga belum diketahui pasti dari zaman kerajaan apakah saluran itu dibangun. Selama penggalian, petugas tidak menemukan adanya penemuan benda yang spesifik dan simbolis yang dapat menguatkan ciri-ciri sebuah benda dibuat pada masa tertentu, seperti gerabah ataupun keramik.
Petugas hanya menemukan struktur batu atau pendapa, dan korelasinya dengan saluran air itu juga belum diungkap. Penelitian terhadap batu bata sebagai material yang digunakan dalam struktur bangunan juga memerlukan proses uji laboratorium sehingga memakan waktu cukup panjang.
Batu bata tersebut terdiri dari dua ukuran. Ukuran pertama dengan panjang 42 cm, tinggi 8 cm, dan lebar 20 cm. Ukuran kedua dengan panjang 38 cm, tinggi 7 cm, dan lebar 20 cm.
Penggalian perdana yang dilakukan di areal pekarangan warga dan aliran sungai tersebut difokuskan pada pembersihan dan pemetaan situs.
Ke depannya, ekskavasi lanjutan akan dilakukan untuk mendapatkan gambaran menyeluruh tentang bentuk maupun fungsi bangunan tersebut.
Sumber: kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar